MENU Wednesday, 21 May 2025

Bursa Saham-Bitcoin Rontok Usai Trump Umumkan Kebijakan Tarif

4 minutes reading
Thursday, 3 Apr 2025 06:04 0 29 daza08313

Jakarta – https://cyberpunk1.web.id/ Rencana Presiden Donald Trump untuk segera menandatangani perintah penerapan “reciprocal tariffs” terhadap mitra dagang AS mengakibatkan melemahnya sejumlah instrumen investasi global. Terpantau pasar Saham AS hingga aset kripto mengalami penurunan.
Setelah detail tarif diumumkan, Bitcoin turun ke level US$ 83.000 atau sekitar Rp 1,38 miliar (kurs Rp 16.700), walaupun sempat mengalami kenaikan ke level US$ 87.000 saat pengumuman awal. Pasar saham AS juga mengalami tekanan dengan Nasdaq 100 turun 2,3% dan S&P 500 anjlok 1,7% pada sesi perdagangan setelah jam kerja pasca detail kebijakan tarif tersebut diumumkan.

Kemudian ziptogel saham teknologi pun mengalami pukulan besar, dengan Tesla (TSLA) dan Palantir (PLTR) turun sekitar 8%, Apple (AAPL) turun 7%, serta Amazon (AMZN) dan Nvidia (NVDA) masing-masing turun 6%. Saham perusahaan seperti Nike (NKE) dan Walmart (WMT) juga tertekan dengan penurunan masing-masing 7%.

Di sisi lain, harga emas melonjak ke rekor baru mendekati US$ 3.200 atau Rp 53,44 juta per ounce, mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven. Kebijakan tarif ini berpotensi memicu ketegangan perdagangan global, terutama dengan China dan Uni Eropa, yang kemungkinan akan merespons dengan langkah serupa.

Kebijakan tarif terbaru AS ini mencakup pengenaan tarif sebesar 25% pada semua mobil impor yang efektif mulai 3 April hari ini, serta tarif umum sebesar 10% untuk semua barang impor yang mulai berlaku pada 5 April.

Selain itu, beberapa negara akan dikenakan tarif khusus yang mulai berlaku pada 9 April, dengan China dikenakan tarif sebesar 34%, Vietnam 46%, Taiwan 32%, Korea Selatan 25%, Uni Eropa 20%, dan Swiss 31%. Trump menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk melindungi ekonomi AS yang dianggapnya telah dirugikan oleh perdagangan yang tidak adil selama lebih dari 50 tahun.

Fahmi Almuttaqin, Analyst Reku menilai kebijakan tersebut, apabila benar akan diimplementasikan sepenuhnya, dapat berpotensi kembali memicu kenaikan inflasi dan akan semakin menunda dimulainya kembali tren penurunan suku bunga.

“Selain itu, kekhawatiran pasar terhadap ketidakpastian yang ada dapat membuat investor menjadi lebih berhati-hati terhadap instrumen investasi berisiko tinggi seperti aset crypto dan saham yang dapat memberikan tekanan harga lanjutan,” jelas Fahmi dalam keterangan tertulis, Kamis (3/4/2025).

Akan tetapi terlepas dari itu, dampak sebenarnya dari kebijakan yang akan diambil tersebut sebenarnya belum dapat sepenuhnya dilihat saat ini, karena hal itu akan ditentukan oleh perilaku konsumen dan bagaimana sektor bisnis menyikapi peraturan baru tersebut.

Menurut Fahmi apabila dampak yang akan terjadi lebih mengarah kepada meningkatnya pengangguran dan terjadinya resesi ekonomi, kebijakan pelonggaran seperti dengan menurunkan suku bunga mungkin akan dipertimbangkan oleh The Fed.

Selain itu, kebijakan yang ada juga dapat berubah sewaktu-waktu khususnya jika mempertimbangkan rekam jejak Trump sejak dilantik pada Januari lalu, yang banyak disinyalir menggunakan tarif impor sebagai alat negosiasi politik.

“Mempertimbangkan aspek-aspek non teknis tersebut, koreksi dan tekanan yang terjadi di pasar saat ini di sisi lain dapat dilihat sebagai peluang buy on weakness bagi investor yang memiliki toleransi tinggi terhadap risiko,” imbuhnya.

“Terlebih tren akumulasi institusi terhadap aset crypto seperti Bitcoin masih terlihat cukup solid dengan perusahaan seperti GameStop yang saat ini memiliki dana segar senilai hampir $1,5 miliar yang sebagian kemungkinan akan digunakan untuk mengakuisisi Bitcoin” tambah Fahmi.

Sementara untuk investor pemula, strategi seperti dollar cost averaging (DCA) di mana investor mengakumulasi aset secara bertahap setiap periode tertentu seperti misalnya sebulan sekali menjadi opsi yang cukup menarik.

“Hal itu dikarenakan sudah relatif cukup terkoreksinya harga aset-aset crypto khususnya altcoin di pasar saat ini serta Saham AS, dan apabila tekanan di pasar berlanjut, investor akan mendapatkan harga rata-rata pembelian yang lebih rendah,” tuturnya.

Ketika misalnya kemudian kondisi pasar sewaktu-waktu berubah, posisi portofolio investor sudah siap untuk merealisasikan keuntungan dari hasil akumulasi yang dilakukan. Namun, investor tetap harus cermat dalam memilih aset untuk diakumulasi.

“Bagi investor yang tidak terlalu agresif, aset-aset dengan kapitalisasi pasar dan likuiditas terbesar menjadi opsi yang dapat dieksplorasi lebih lanjut,” sebut Fahmi.

Dalam melakukan DCA, investor dapat mengoptimalkan fitur yang memudahkan berinvestasi ke aset kripto dan Saham AS potensial. “Misalnya di fitur Packs di Reku, investor bisa berinvestasi pada berbagai crypto blue chip dan ETF Saham AS dengan performa terbaik dalam sekali swipe untuk memudahkan diversifikasi,” jelas dia.

“Terlebih, fitur Packs yang dilengkapi dengan sistem Rebalancing akan membantu investor menyesuaikan alokasi investasinya sesuai dengan kondisi pasar secara otomatis. Dengan begitu, strategi DCA yang dilakukan dapat lebih mudah, praktis, dan optimal,” tutup Fami.

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

LAINNYA